SLIDE-1-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-2-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-3-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-4-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

SLIDE-5-TITLE-HERE

Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com...

Kamis, 15 April 2010

PRAGMATIK

1. Faktor-faktor dalam berkomunikasi terdiri atas tujuh hal:
a. Siapa dan dengan siapa mereka berbahasa
Maksudnya adalah lawan bicara yang diajak berkomunikasi. Pembicara mungkin sejajar, setaraf, atau sama kedudukannya dengan lawan bicara. Mungkin juga pembicara lebih rendah dari lawan berbicara, atau kedudukan pembicara lebih tinggi daripada kedudukan lawan berbicara.
b. Untuk tujuan apa mereka berbahasa
Misalnya tujuannya untuk menginformasikan/memberitahukan kepada lawan bicara, untuk menghibur, atau campuran kedua hal tersebut.
c. Dalam konteks atau situasi yang bagaimana mereka berbahasa
Bila suatu pembicaraan berlangsung dalam suasana resmi, maka pembicara harus menggunakan bahasa yang lazim digunakan, yakni ragam baku. Bila suasana pembicaraan tidak resmi tetapi pesertanya beraneka ragam latar belakang budayanya, maka pembicaraannya menggunakan bahasa pengantar yang lazim, misalnya bahasa Indonesia dan raga bahasanya perlu baku.
d. Topik apa yang akan dibicarakan
Ketika berkomunikasi pasti ada topik yang sedang dibahas. Misalnya tentang pekerjaan.
e. Dengan jalur mana (lisan atau tulisan)
Bagaimana cara pembicara berkomunikasi dengan lawan berbicara. Apakah melalui media lisan atau tulisan.
f. Media apa yang digunakan dalam berkomunikasi itu
Media yang digunakan dalam berkomunikasi seperti media tatap muka, telepon, surat, koran, dan sejenisnya menuntut pembicara atau penulisnya memilih dan menggunakan pilihan kata, kalimat, dan ragam bahasa tertentu pula.


g. Dalam peristiwa apa mereka berbicara
Komunikasi yang berlangsung dalam peristiwa percakapan, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, menyatakan cinta dan sebagainya menuntut pemakaian bahasa tertentu pula.

2. Ragam bahasa yang palig berkaitan dengan pragmatik
a. Ragam beku (frozen), ialah ragam bahasa yang paling resmi yang dipergunakan dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Dalam bentuk tulis, ragam beku ini terdapat dalam dokumen-dokumen bersejarah, seperti dalam Undang Undang Dasar dan dokumen-dokumen penting lainnya.
b. Ragam resmi (formal), ialah ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-pidato resmi rapat dinas atau rapat resmi pimpinan suatu badan.
c. Ragam usaha (consultative), ialah ragam bahasa yang sesuai dengan pembicaraan- pembicaraan biasa di sekolah-sekolah, perusahaan-perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi pada hasil; ragam ini berada pada tingkat yang paling operasional.
d. Ragam santai (casual), ialah ragam bahasa yang biasa dipakai antarteman dalam berbincang-bincang, rekreasi, berolahraga, dan sebagainya.
e. Ragam akrab (intimate), ialah ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang tetapi cukup dengan ucapan-ucapan yang pendek-pendek.

3. Pokok bahasan pragmatik
a. Aspek sosialisasi mencakup beberapa hal seperti:
 menyapa orang lain waktu berkumpul
 menyapa orang lain waktu bertemu
 menyapa orang lain berpisah
b. Aspek intelektual mencakup beberapa hal seperti:
 mengungkapkan sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
 ingin mengetahui sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
 menyatakan kemampuan atau ketidakmampuan
 mengungkapkan apakah sesuatu itu masuk akal
 ingin mengetahui apakah sesuatu itu masuk akal
 ingin mengetahui tentang kemampuan atau ketidakmampuan
 ingin mengetahui apakah sesuatu itu pasti atau tidak pasti
 ingin mengetahui sesuatu itu pasti atau tidak pasti di antara orang lain
c. Aspek emosi mencakup beberapa hal seperti:
 mengungkapkan sesuatu itu menarik atau tidak menarik
 ingin mengetahui sesuatu itu menarik atau tidak menarik
 mengungkapkan rasa puas
 mengungkapkan rasa tidak puas
 ingin mengetahui rasa puas dan tidak puas
 menyatakan pilihan (senang)
 ingin mengetahui rasa senang dan setuju
d. Aspek informasi faktual mencakup beberapa hal seperti berikut ini:
 mengidentifikasi sesuatu
 melaporkan sesuatu
 memperbaiki sesuatu
 bertanya tentang sesuatu
e. Aspek moral mencakup beberapa hal seperti berikut ini:
 minta maaf
 menyatakan persetujuan
 menyatakan pengungkapan sesuatu
 menyatakan penyesalan
f. Aspek penyelesaian sesuatu mencakup beberapa hal seperti berikut ini:
 menyatakan sesuatu pekerjaan
 meminta orang lain mengerjakan sesuatu
 memberikan bantuan
 meminta bantuan

4. Contoh percakapan
a. Aspek sosialisasi; menyapa orang lain waktu bertemu.
Niko pergi ke kampus. Saat tiba di kampus, ia bertemu dengan Boni, teman sekelasnya waktu SMA dulu.
Niko : Hai, Bon. Apa kabar? Sudah lama kita tidak bertemu.
Boni : Kabar baik. Kamu apa kabar?
Niko : Baik juga. Kamu mengapa di sini? Kuliah di sini juga kah?
Boni :Iya. Saya kuliah di Fakultas Kedokteran. Kamu kuliah di fakultas apa?
Niko : Saya kuliah di FKIP. Kamu kemana saja? Kenapa tidak ada kabar?
Boni : Saya baru masuk kuliah tahun ini. Kemarin saya menganggur sementara. Biasa, cari uang dulu.
b. Aspek intelektual; ingin mengetahui sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
Timbang : Jon, saya ada dengar kabar bahwa ada orang yang jatuh dari lantai tiga Hotel Kapuas, tetapi orang tersebut tidak ada mengalami luka.
Joni : Ah, tidak mungkin. Paling tidak pasti ada luka atau mungkin patah kakinya.
Timbang : Benar, Jon. Dia sama sekali tidak mengalami luka sedikitpun.
Joni : Memangnya kamu melihat kejadiannya secara langsung?
Timbang : Saya hanya mendengar kabar saja. Saya tidak percaya dengan kabar itu, tidak masuk akal. Tidak mungkin ada orang yang jatuh dari lantai setinggi itu tidak mengalami luka sedikitpun. Kalau memang itu benar, saya ingin melihat kondisi orang tersebut.
c. Aspek emosi; mengungkapkan rasa puas dan tidak puas
Jalung : Akhirnya nilai keluar semuanya. Saya sangat puas dengan hasil yang saya raih. Tidak sia-sia selama ini saya rajin belajar.
Tun : Memangnya IP kamu berapa?
Jalung : 3,75. Punya kamu berapa?
Tun : Rendah.
Jalung : Iya, rendahnya berapa?
Tun : 2,50. Padahal saya sering baca-baca buku.
Jalung : Mungkin kamu tidak serius belajarnya. Sabar saja. Tetap semangat. Mudah- mudahan semester depan nilaimu lebih baik.
d. Aspek informasi faktual; bertanya tentang sesuatu
Adi : Apa yang terjadi disini? Mengapa orang ramai berkumpul?
Ade : Ada kecelakaan. Baru saja terjadi beberapa menit yang lalu.
Adi : Bagaimana kejadiannya?
Ade : Seorang anak yang sedang pakai sepeda ditabrak motor dari arah belakang.
Adi : Bagaimana kondisi keduanya?
Ade : Anak kecil itu sudah dibaa ke klinik di sana. Yang pakai motor masih ditahan masyarakat. Masih ditanya-tanya mengapa ia bisa nabrak.

e. Aspek moral; menyatakan penyesalan dan meminta maaf
Joni duduk sendirian di kantin kampus. Ia masih belum pulang ke rumah. Ia sepertinya memikirkan sesuatu. Ya, dia memang sedang memikirkan sesuatu. Ia merasa bersalah karena telah memukul Hasran kemarin. Ia pun menemui Hasran dan meminta maaf.
“Hasran, saya minta maaf atas kejadian kemarin. Saya menyesal. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi”, kata Joni.
“Ya sudah, tidak apa-apa. Saya juga minta maaf karena mengolokmu duluan”, ungkap Hasran.
Mereka pun saling bersalaman dan saling minta maaf.
f. Aspek penyelesaian sesuatu; meminta bantuan
Boni : Jon, nanti sore ke rumah ku ya.
Joni : Ada apa?
Boni : Bantuin saya angkut barang-barang.
Joni : Memangnya kamu mau kemana?
Boni : Pindah kontrakan.
Joni : Okelah kalau begitu. Nanti sore saya datang bantu kamu.

5. Aspek intelektual dan aspek emosi
a. Aspek intelektual mencakup beberapa hal seperti:
 mengungkapkan sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
 ingin mengetahui sesuatu itu mungkin atau tidak mungkin
 menyatakan kemampuan atau ketidakmampuan
 mengungkapkan apakah sesuatu itu masuk akal
 ingin mengetahui apakah sesuatu itu masuk akal
 ingin mengetahui tentang kemampuan atau ketidakmampuan
 ingin mengetahui apakah sesuatu itu pasti atau tidak pasti
 ingin mengetahui sesuatu itu pasti atau tidak pasti di antara orang lain
b. Aspek emosi mencakup beberapa hal seperti:
 mengungkapkan sesuatu itu menarik atau tidak menarik
 ingin mengetahui sesuatu itu menarik atau tidak menarik
 mengungkapkan rasa puas
 mengungkapkan rasa tidak puas
 ingin mengetahui rasa puas dan tidak puas
 menyatakan pilihan (senang)
 ingin mengetahui rasa senang dan setuju

6. Dialog ringkas yang mengandung rasa kekecewaan berdasarkan pendekatan komunikatif
Kecewa
Alau, Jalung, dan Tun adalah tiga sahabat. Mereka berencana akan pergi liburan ke Pasir Panjang. Sebelumnya mereka telah berjanji untuk berangkat bersama-sama. Pada hari yang telah ditentukan, Alau dan Tun telah berkemas dan siap untuk berangkat ke Pasir Panjang. Tetapi Jalung belum juga datang.
Setelah satu jam berlalu, Tun mulai kesal dan mengomel-ngomel sendiri.
Tun : Mana sich Jalung? Lama sekali dia datang. Apa yang dia lakukan sekarang? Mengapa sampai jam segini dia belum juga datang?
Alau : Sabar saja dulu. Kita tunggu beberapa menit lagi.
Tun : Gimana mau menunggu dia lagi? Sekarang sudah jam berapa? Rombongan pasti sudah berangkat kalau kita menunggu Jalung datang.
Alau : Mungkin dia sedang mendapat gangguan.
Tun : Ah, kesabaran saya sudah habis.
Alau : Iya, tapi tenang dulu. Kita tidah mungkin meninggalkan dia. Kita sudah janji.
Dua jam telah berlalu, Jalung belum juga datang dan sama sekali tidak memberi kabar kepada Alau dan Tun.
Tun : Lihat! (sambil menunjukkan jam tangannya). Sudah dua jam kita menunggu tetapi ia tidak juga datang. Saya kecewa dengan Jalung. Dia tidak menepati janjinya. Gara-gara dia, kita batal berangkat ke Pasir Panjang.
Alau juga kecewa karena ulah Jalung.
Alau : Mau bagaimana lagi? Saya juga sangat kecewa dengannya.
Akhirnya mereka tidak jadi berangkat ke Pasir Panjang.

7. Karangan ringkas berdasarkan pendekatan CBSA dalam menyampaikan pragmatik dalam aspek emosi

Willy dan Arif adalah dua sekawan. Saat ini mereka duduk di kelas XII. Tidak lama lagi mereka akan mengikuti Ujian Nasional. Setiap hari mereka selalu mengikuti jam tambahan (les) setelah pulang sekolah. Mereka tidak pernah bolos. Setiap ada tugas, mereka serius mengerjakannya. Mereka selalu bersama-sama membahas semua tugas yang diberikan oleh guru.
“Tidak boleh ada kata bosan untuk belajar”, kata Willy.
“Ya, kita harus bisa membuktikan pada orang tua kita bahwa kita bisa lulus Ujian Nasional”, kata Arif.
“Rif, kamu kuliah kemana kalau sudah lulus nanti”, tanya Willy.
“Saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran di Universitas Tanjungpura. Sejak kecil, saya bercita-cita ingin menjadi seorang dokter”, jawab Arif.
“Kalau kamu, Wil. Mau lanjut kuliah kemana?”, lanjut Arif.
“Nanti lihatnya lah. Saya belum tahu. Kamu kan tahu bagaimana kondisi keluarga saya. Lulus SMA pun sudah bersyukur. Masalah kuliah nanti kita lihat”, kata Willy.
“Ya, saya mengerti, Wil. Sekarang kita focus saja untuk menghadapi Ujian Nasional. Setelah itu, baru pikir kedepannya”, kata Arif.
“Ya, kita harus lulus UN!”, ucap Willy dengan semangat.
Ujian Nasional telah mereka lalui. Kini mereka menunggu pengumuman kelulusan. Tiba pada harinya, amplop dibagikan. Mereka lulus dengan nilai yang memuaskan.
“Horeee,,,,,,,kita berhasil! Kita lulus!” teriak Willy dan Arif.
“Selamat atas kerja keras kalian selama ini. Inilah hasil yang kalian raih. Kalian berdua lulus dengan nilai yang terbaik di sekolah kita ini”, ucap kepala sekolah memberiakn ucapan selamat kepada Willy dan Arif.
“Terima kasih, Pak. Kami sangat senang dengan apa yang kami raih sekarang. Ini juga berkat guru-guru yang telah memberi semangat dan membantu proses pembelajaran selama kami sekolah disini”, kata mereka berdua.

8. Sapaan dan salam yang baik
 Paman, semoga cepat sembuh ya.
 Pak, cepat sembuh ya, supaya bisa mengajar kami lagi di sekolah. Kami sudah lama tidak diajar oleh Bapak. Kami semua merindukan Bapak.
 Mama, semoga cepat sembuh ya. Jalung sayang sama Mama.

9. Menyempurnakan kalimat
a. Saya ikut bangga karena adik naik kelas.
b. Saya ikut senang karena ayah naikpangkat.
c. Saya sangat senang karena berhasil menyelesaikan tugas saya.
d. Saya sangat kecewa karena tidak bisa menyelesaikan masalah itu.
e. Ibu dan ayah ikut bangga karena saya berhasil menyelesaikan studi di jurusan ini dan menjadi seorang sarjana.
f. Yani dan Tika sangat kecewa karena Jalung tidak menepati janjinya.
g. Paman tidak puas dengan hasil itu karena ia merasa belum maksimal menyelesaikannya.
h. Masalah itu tidak masuk akal karena tidak ada bukti kuat yang menyatakan bahwa ia bersalah.

FILSAFAT ILMU

Manusia adalah makhluk berpikir. Kasadaran manusia akan realitas yang sering tampil samar dan misterius membuat manusia menjadi gelisah. Manusia dari waktu ke waktu mencoba untuk memahami, menjelaskan, dan menguraikan misteri yang terjadi. Oleh karena itu, setiap periode peradaban mengenai pemahaman terhadap realitas senantiasa aktual. Aktualitas tersebut merupakan konsekuensi dari kenyataan bahwa jawaban terhadap realitas, tidak dibuat sekali untuk selamanya, dan tidak bisa dibuat seseorang untuk semuanya.
Pemahaman manusia terhadap realitas senantiasa menuntut pemuasan intelektual untuk mencapai suatu kerangka berpikir yang konsisten dan utuh. Ilmu pengetahuan pada dasarnya lahir dan berkembang sebagai konsekuensi dari usaha-usaha manusia untuk memahami realitas kehidupan, alam semesta, melestarikan hasil yang sudah dicapai manusia sebelumnya. Usaha tersebut terakumulasi membentuk tubuh ilmu pengetahuan yang memiliki strukturnya sendiri. Struktur tubuh ilmu pengetahuan bukan barang jadi, karena struktur tersebut selalu berubah seiring dengan perubahan manusia baik dalam mengidentifikasi dirinya, memahami alam semesta, maupun dalam cara berpikir.
Ilmu bukan merupakan suatu bangun abadi, karena ilmu sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak pernah selesai. Ilmu didasarkan pada kerangka objektif, rasional, sistematis, logis dan empiris. Dalam perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi dengan kata lain kebenaran ilmu bukan kebenaran mutlak. Kebenaran ilmu adalah kebenaran yang bersifat relatif. Itulah sebabnya, manusia dituntut untuk selalu mencari alternatif pengembangannya, baik yang menyangkut aspek metodologos, ontologism (tentang apa), epistemologis (bagaimana), mupun aksiologis (untuk apa). Setiap pengembangan ilmu yang dilahirkan paling tidak validitas dan kebenarannya dapat dipertangungjawabkan baik berdasarkan konteks justifikasi maupun konteks discovery.
Pengembangan ilmu pengetahuan adalah sejauh mana spiritualitas, moralitas, dan norma-norma etik maupun berperan sebagai dasar pengembangan ilmu itu sendiri. Apakah tata nilai ilmu pengetahuan mampu mengembangkan budaya dan pola pikir manusia sehingga tidak terjebak dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kering yang hanya bersifat fisik semata. Disinilah pemahaman terhadap filsafat ilmu sangat diperlukan.. Pengembangan ilmu harus disinkronisasikan dengan akar budaya suatu bangsa. Nilai sebuah pengembangan ilmu dapat dillihat dari sejauh mana esensi ilmu tersebut mampu memberikan nilai lebih terhadap kemakmuran kehidupan manusia tanpa harus meninggalkan tata nilai, etik, moral dan filosofi dimana manusia tersebut berada.
Menurut Ghazali, ilmu dan kebenaran ibarat dua sisi sekeping mata uang. Manusia diciptakan Allah adalah untuk menjadi khalifah di bumi. Oleh karena itu, manusia mempunyai kewajiban untuk mengoptimalisasi potensi dirinya dan kerangka pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Ilmu pengetahuan sebenarnya merupakan sebuah proses dan produk, ini menyebabkan konsep dan pandangan tentang ilmu pengetahuan akan selalu berubah sesuai dengan ruang dan waktu, sehingga tidak tertutup kemungkinan perkembangan ilmu yang akan lepas dari tata nilai budaya, etika, moral, maupun agama. Inilah yang harus dipikirkan manusia jangan sampai terjadi.
Perkembangan ilmu pengetahuan akhir-akhir ini, tampak sekali bahwa percepatan yang dikembangkan para ilmuwan lebih mengarah pada produk ilmiahnya daripada substansi atau hakikat keilmuan yang dapat dipakai sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan. Kenyataan ini dapat dipahami karena pengembangan aplikasi keilmuan berporos pada kebudayaan barat (lebih pada duniawidaripada rohani). Kalau kerangka pengembangan ilmu pengetahuan model barat begitu saja diadopsi di Indonesia, tentu tidak selamanya tepat.
Ilmu (science): merupakan pengetahuan yang mempunyai karakteristik tersendiri..
Pengetahuan (knowledge) mempunyai berbagai cabang pengetahuan. Ilmu merupakan satu diantara cabang pengetahuan. Karakteristik keilmuan itulah yang mencirikan hakikat keilmuan dan sekaligus yang membedakan ilmu dari berbagai cabang pengetahuan lainnya. Karakteristik keilmuan menjadikan pengetahuan menjadi bersifat ilmiah (pengetahuan ilmiah). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui (kesenian, budaya, dll) sampai pengetahuan yang disebut ilmu.

Sumber Pengetahuan

1. Pikiran : karena adanya rasa ingin tahu
2. Perasaan : erat hubungannya dengan berpikir
3. Indera : melalui indera dapat pengetahuan
4. Intuisi : hal yang tidak perlu dipikir lagi. Jawabannya sudah ada dalam otak kita/ pengetahuan siap.
5. Wahyu : disampaikan oleh Tuhan secara langsung

• Ilmu berkaitan erat dengan dua sumber pengetahuan yakni pikiran dan indera
• Ilmu pada hakikatnya mencoba memadukan dua kemampuan manusia ini untuk mengungkapkan rahasia alam lewat kegiatan berpikir dan mengamati.

Penalaran
Penalaran adalah suatu kegiatan berpikir berdasarkan suatu aturan. Aturan dalam kegiatan berpikir tersebut disebut logika. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menentukan kebenaran.
Berpikir logis merupakan suatu kegiatan berpikir secara teratur berdasarkan logika. Proses berpikir yang dituntun oleh suatu logika disebut kegiatan analisis.
Analisis merupakan proses yang harus ditempuh dalam berpikir agar kesimpulan yang ditarik sahih ditinjau dari suatu logika tertentu. Penalaran melalui dua tahap, yaitu berpikir (logika) dan analisis. Logika dalam arti sempit adalah cara berpikir menurut suatu aturan tertentu. Aturan berpikir dalam kegiatan ilmu dipatuhi dengan penuh kedisiplinan.
Tujuan utama penalaran adalah mengembangkan kemampuan untuk mencirikan dan membedakan buah pikiran/ide berdasarkan konsep pemikiran tertentu. Oleh karena itu, harus dikembangkan konsep kemampuan untuk menguasai konsep hakikat keilmuan dan mempergunakan konsep tersebut untuk membedakan ilmu terhadap cabang pengetahuan lain. Kita harus meletakkan ilmu dalam perspektif yang benar di tengah perspektif pengetahuan secara keseluruhan. Dengan demikian akan terbuka kemungkinan untuk menganalisis kaitan ilmu dengan pengetahuan lain seperti moral dan humaniora. Pendekatan ini akan menghasilkan ilmuwan yang mempunyai keahlian tetapi juga makhluk berbudaya yang berkepribadian luhur.

Menurut van Peursen, skema pemikiran manusia
1. Mitis
Dalam tahap mitis, apa yang disebut kebenaran atau kenyataan adalah sesuatu yang given, mistis, dan tidak perlu dipikirkan
2. Ontologis
Dalam hal ontologis, manusia atau masyarakat mandambakan kebenaran substansial
3. Fungsional
Kebenaran atau kenyataan diletakkan pada fungsi atau relasi kemamfaatannya. Manusia memamfaatkan segala yang ada di sekitar.

Tiga kategori pengetahuan
1. Pengetahuan tentang apa yang baik dan buruk
2. Pengetahuan tentang yang baik dan buruk (estetika)
3. Pengetahuan tentang yang baik dan salah (logika)
Tiga ciri pembeda pengetahuan
1. Tentang apa (entologi)
2. Bagaimana (epistemologi)
3. Untuk apa (aksiologi)

Kebenaran
Apa yang disebut benar bagi setiap orang adalah tidak sama. Proses berpikir manusia mempunyai tiga criteria kebenaran.
1. Koherensi (utuh)
Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang suatu argumentasi
2. Korespondensi
Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pernyataan
3. Pragmatisme
Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri kepada kriteria tentang berfungsi atau tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu.